React Native VS Ionic Kamu Pilih Mana?

React Native VS Ionic Mana yang lebih baik? – Hai Sobat tekno!. Kemarin kita membahas mengenai Node JS dan Golang lebih baik mana?. Kali ini kita akan membahas mengenai dua pilihan terbaik di kelas cross platform. Seperti yang diketahui, keduanya merupakan Library Javascript yang digunakan untuk pembuatan aplikasi. Baik Ionic maupun React merupakan pilihan yang terbaik untuk pengembangan aplikasi. Namun dari keduanya ada beberapa perbedaan yang cukup penting. Kami merangkum detail detail perbedaan yang dimiliki oleh keduanya.

Popularitas React VS Ionic

Sebelum masuk ke hal yang detail, kita lihat terlebih dahulu tingkat kepopularitasan kedua turunan javascript ini.

Menurut AppBrain, React Native sudah membuat sebanyak lebih dari 32 ribu aplikasi. Untuk Ionic sendiri ada 26 ribu aplikasi. 

Menurut Survey Developer Stack Overflow 2021, React native merupakan teknologi paling populer ke 6 di dunia dengan market share sebanyak 14,51%. Untuk Ionic sayang nya belum bisa mendekati market share sebanyak React.

Menurut Statista, React Native merupakan cross platform mobile framework ter populer ke 2 dengan market share 38%. Sementara Ionic terpopuler nomor 4 dengan market share 16%.

Menurut GitHub, React Native memiliki 102 ribu bintang dan 22 ribu garpu, sedang Ionic memiliki 47 ribu bintang dan 13,7 ribu garpu.

Komunitas (Development)

Dari ke popularitas diatas, React Native tentu memiliki komunitas yang sangat besar jika dibandingkan dengan Ionic. Jika kamu merasa kesulitan dalam mengembangkan React, kamu bisa lempar pertanyaan di komunitas, pasti respon nya akan lebih banyak.

Untuk Development di Ionic, instalasi lebih mudah dengan melakukan command npm untuk menginstal Cordova. Kemudian ionic juga memiliki Ionic Academy sendiri yang menyediakan kursus untuk metode pembelajaran step by step. Sedangkan untuk React, kamu harus terbiasa dengan CSS, kemudian kamu juga harus mempelajari Axios untuk memanggil API, Redux with React, Flexbox, ES6 dan lain sebagainya.

Struktur React VS Ionic

React Native

Ionic

Performance

Akhirnya kita membahas mengenai performa. Dengan tuntutan industri sekarang ini, kita juga harus mengevaluasi kinerja nya. Karena produk akhir kita berkaitan dengan penggunaan framework ini.

React Native memungkinkan untuk pengembang aplikasi yang memiliki tampilan dan pengalaman seperti aplikasi pada umumnya dengan menggunakan komponen-komponen beserta API. Di sisi lain, Ionic menggunakan teknologi berbasis Web untuk pembuatan aplikasi hybrid dengan menggunakan pihak ketiga.

Fitur

Hot Reload yang dimiliki React Native banyak disukai oleh para developer, karena kamu bisa debugging secara realtime saat kamu sedang memperbarui codingan mu. Sedangkan Ionic memiliki banyak developer karena suka dengan dokumentasi nya yang lebih jelas dibandingkan dengan React.

Testing

Berbanding terbalik dengan bab fitur, Ionic lebih fleksibel dan bisa dilakukan pengujian melalui browser yang ada seperti chrome, opera, edge dan lain lain, sedangkan untuk untuk kompetitor nya, kamu bisa secara langsung melakukan testing, namun kamu akan membutuhkan perangkat tambahan seperti emulator.

Cara Instal React JS

Cara Instal React JS – Hai, Sobat Tekno, pada artikel sebelumnya telah dibahas tentang pengenalan React JS berupa pengertian dan dasar-dasar dari React JS. Nah, pada artikel kali ini akan melanjutkan pembahasan tentang React JS, termasuk cara instal React JS.

Sebelumnya, kami akan mengulas sedikit tentang artikel Mengenal React JS: Pengertian dan Dasar. Secara garis besar, React JS dapat memberi kemudahan bagi seorang programmer, baik itu pemula maupun yang sudah profesional.

Memberi kemudahan, dalam arti programmer dapat mengembangkan (develop) aplikasi dengan cepat serta mudah untuk digunakan. Selain itu, dengan adanya react native yang dapat membantu untuk mengembangkan aplikasi berbasis Android maupun IOS hanya dengan satu code block menggunakan bahasa JavaScript.

Beberapa kelebihan dari React Native sendiri sudah bisa menjadi alasan untuk memilih menggunakan React JS. Dengan menggunakan kombinasi yang tepat, kamu tidak perlu bingung untuk membuat aplikasi. Sebab fitur-fitur yang ada sudah dirancang khusus, bahkan untuk aplikasi yang sangat kompleks.

Untuk itu, kami akan membahas tentang cara untuk menginstal React JS, silakan simak cara instal React JS dibawah ini.

Cara Instal React JS

  • Pertama-tama kamu harus mengunduh dan menginstal Node JS melalui link berikut https://nodejs.org/en/download/ (sesuaikan dengan OS komputer kamu)
  • Setelah itu, buat folder baru untuk instalasi react
  • Kemudian buka command prompt (CMD), lalu ketik: npm -v
  • Setelah itu, masuk ke folder instalasi react yang sudah dibuat, kemudian ketik:
    d:
    cd React-js
    (Kamu bisa mengganti nama “React-js” dengan nama folder yang kamu buat sebelumnya)
  • Kemudian Instal React dengan mengetik kode: npm install -g create-react-app
  • Untuk mengecek proses instalasinya, bisa dilakukan dengan mengetik: create-react-app –version
  • Jika proses instalasi sudah selesai, kamu bisa membuat project React JS pertamamu. Caranya, ketik:
    create-react-app web-react-baru (Kamu bisa mengganti nama project “web-react-baru” dengan nama project yang lain)
    cd web-react-baru
    npm start
  • Setelah proses pembuatan project selesai, kemudian akan muncul halaman web yang terbuka otomatis dengan alamat localhost:3000
  • Jika kamu menemukan pesan error, ketik kode berikut di CMD:
    npm install
    npm start

Itulah cara instal React JS hingga tahap pembuatan project pertama di React JS. Semoga dapat membantu kamu saat menginstal React JS.

Mana Yang Lebih Baik, Golang Atau Node js?

Sumber : Dokumen Pribadi

Mana Yang Lebih Baik, Golang Atau Node js? – Saat ini, web developer memiliki beragam pilihan bahasa pemrograman. Golang dan NodeJS adalah bahasa pemrograman paling revolusioner dalam pengembangan website. Bahasa ini perlahan menggeser bahasa server tradisional seperti Java dan PHP. Keduanya mendukung pengembangan website baik dari segi front-end maupun backend. Namun, mana yang lebih baik? Golang atau NodeJS?

Meskipun sama-sama backend side programming keduanya memiliki perbedaan mendasar. NodeJS merupakan suatu framework pengembangan JavaScript yang mulai populer pada tahun 2018. Sementara itu, Golang atau Google Go adalah bahasa pemrograman baru terkenal beberapa tahun terakhir.

Tren pengembangan back-end website saat ini membawa kita pada pola non-UI code yang berarti akan mengurangi kode terhubung langsung ke end-user. Untuk keperluan instance, data dari database hanya akan tersimpan dalam suatu tempat (umumnya dalam bentuk JSON). User hanya dapat mengakses data dari JSON ini.

GoLang

Sumber : http://educative.io

Golang adalah bahasa pemrograman open source dan gratis yang dikembangkan oleh Google pada tahun 2009. Bahasa ini cukup terkenal atas kontribusinya dalam membuat aplikasi jaringan  yang lebih kuat, mudah, dan efisien. Golang membawa evolusi pada pengembangan website. Jargon Golang sesuai dokumentasinya adalah ekspresif, ringkas, bersih, dan efisien. Biasanya golang menempati sisi server karena sifatnya yang cepat, dan built in concurrency. Selain itu, juga mendukung website dengan tingkat trafik yang tinggi. Bahasa ini juga bersifat static sehingga tidak aka nada runtime error. Lebih lanjut, Golang juga mampu membuat tools dev-ops. Golang adalah teknologi yang membentuk aneka tools seperti Docker, Kubernetes, Terraform, dan Vault

Keunikan Golang adalah lebih sederhana. Meskipun Golang tidak mendukung object oriented programming (karena tidak ada  kelas dan object), tetapi golang mendukung struct. Dalam struct, user mendefinisikan sendiri tipe datanya. Oleh karena itu, Golang sering menjadi teknologi untuk membangun rest API. Golang juga termasuk dalam 16 bahasa pemrograman paling populer menurut Stack Overflow pada tahun 2018. Golang membangun website-website besar seperti Uber, BBC, Sound Cloud, dan Basecamp.

NodeJS

Sumber : http://medium.com

NodeJS adalah framework bahasa Javascript yang berbasis Google Chrome’s V8 engine. Untuk yang belum tahu, NodeJS diperkenalkan pertama kali pada JSConf 2008. Sama halnya dengan Golang, Node JS juga bersifat open-source dan mendukung crossplatfrom. Javascript mendukung front-end maupun back-end side. Oleh karena itu web developer tidak perlu mempelajari dua bahasa pemrograman yang berbeda.

NodeJS merupakan bahasa pemrograman yang paling populer menurut StackOverflow. NodeJS cukup mumpungi untuk membangun website besar seperti Netflix, eBay, dan Groupon. Menurut NodeJs Foundation, 39% pengunanya menggunakan NodeJS untuk membangun front-end dan full-stack development. Sebaliknya, NodeJS tidak cukup terkenal untuk pengembangan front-end dan desktop application.

Untuk mempermudah kelancaran pengembangan aplikasi, NodeJS difasilitasi oleh pustaka yang kaya dengan modulJS. Framework ini juga memiliki webserver sendiri sehingga memungkinkan untuk menjalankan website tanpa dukungan aplikasi lain seperti Apache. Penggunaan NodeJS sangat disarankan untuk pengembangan aplikasi real-time.

Golang VS NodeJS

Sebelum menentukan bahasa mana yang lebih baik, mari kita bandingkan kedua teknlogi ini berdasarkan faktor yang mempengaruhi kinerja bahasa pemrograman

  1. Performa

Golang mumpuni untuk pengembangan aplikasi yang memiliki banyak microservices. Kecepatan Golang setara dengan C dan C++ yang artinya termasuk dalam kategori cepat. Built-in Garbage yang akan memonitor penggunaan memory.

Sementara itu, Node JS mendukung asynchoronous process. Service yang kecil akan  dieksekusi di belakang layar tanpa mengganggu thread utama.  Kode dalam nodeJS bersifat reusable. Hal ini cocok untuk proses update data dalam aplikasi real-time

2. Scalability dan concurrency

Golang sangat terkenal dengan concurrency-nya. Fitur ini membuat Golang sangat ringan dan memilik performa yang sangat baik. Dengan concurrency ini, Golang dapat mengirim method dari satu channel ke channel yang lain. Sementara itu, NodeJS hanya mendukung single thread

3. Komunitas Pengembang

NodeJs memiliki komunitas yang jauh lebih besar daripada GoLang. Hingga saat ini, NodeJS telah mencapai 1 juta download dan 56000 bintang pada Github. Golang memiliki komunitas yang lebih kecil. Namun, bukan berarti Golang dapat disepelekan. Komunitas ini terus berkembang dari tahun ke tahun.

4. Tools

NodeJS lebih banyak didukung IDE daripada Golang. Npm adalah tools yang paling utama dari NodeJS, meskipun terkadang prosesnya sangat lama. Namun, NodeJS memiliki robust tools, seperti Gofmit, Godoc, GoMetaLiner, and Go ru

  • Error handling

NodeJs menggunakan program tradisional seperti try..catch untuk mendukung error handling. Namun, ini jauh lebih baik daripda Golang. Oleh karena itu, NodeJs

Mana yang lebih baik?

Bergantung jenis aplikasinya. Jika kita akan mengembangkan aplikasi dengan banyak microservices, dan berskala besar, gunakan Golang. Namun, jika project berupa aplikasi yang memiliki manual solution gunakan NodeJs

Oleh karena itu, jawaban pertanyaan mana yang lebih baik, golang atau nodejs termasuk sulit untuk dijawab karena bergantung beberapa hal. Semoga mendapatkan pencerahan ya!

Cek juga artikel kami mengenai kelebihan keyword tool.io untuk riset keyword.

Benarkah NodeJS Akan Menggantikan PHP?

Web development semakin berkembang dari waktu ke waktu. Teknologi baru selalu bermunculan setiap harinya. Dari sisi back-end, terdapat dua bahasa pemrograman yang cukup mendominasi yaitu NodeJS dan PHP. PHP yang menjadi tulang punggung duni per-website-an diprediksi akan tergerus NodeJS yang merupakan pemain baru. Mampukah PHP tertap bertahan? Atau justru NodeJs akan berhasil menggantikan PHP?

Pembahasan ini sebenarnya cukup “keramat” untuk diperbincangkan. Meskipun, pada awal kemunculannya Javascript hanya pada sisi front end,lambat laun merambah ke back-end dan menjadi kompetitor tangguh bagi PHP. Terlebih beberapa artikel pergeseran teknologi dari PHP ke NodeJS beberapa kali ter-blow up. Bukan hanya dalam negeri, artikel seperti “Which is better for back-end – PHP or Node js?” , “Is Node js killing PHP?” atau “Is NodeJS eating PHP Market?” sering menjadi topik perbincangan developer luar negeri.

Sebagian orang akan mengganggap hal ini sebagai keuntungan. Tipe-tipe ini biasanya vendor besar yang sering mendapat ‘jatah’ project dari pemerintahan. Namun, tentu saja tidak sedikit yang akan menganggap hal ini menjadi malapetaka, karena project mereka akan otomatis berpindah tangan ke vendor yang lebih mampu. Jelas hal ini sebenarnya konsep yang salah kaprah. Jika ada teknologi baru yang lebih baik, mengapa tidak memilih yang lebih mudah?. Namun, benarkan NodeJS lebih baik dari PHP? Dan apakah PHP akan terus tergerus NodeJS? Sampai-sampai WordPresspun akan berpindah haluan ke NodeJS.

NodeJS VS PHP

PHP merupakan bahasa pemrograman paling umum yang dalam pengembangan webiste. Bahasa pemrograman ini dapat berperan sebagai compiler sekaligus interpreter. PHP pertama kali rilis pada tahun 1995. Saat ini versi terbaru PHP adalah 7.0.16 dan 7.1.2 yang resmi rilis pada tanggal 17 Februari 2017.

Nah, NodeJS sebenarnya bukan merupakan bahasa pemrograman. Jadi, salah jika seseorang mengatakan bahasa pemrograman NodeJs. NodeJS merupakan suatu framework yang akan membawa bahasa pemrograman JavaScript ke sisi back-end. Untuk dapat menggunakan NodeJs kita harus paham bahasa pemrograman.

Dari segi popularitas, NodeJS lebih unggul dari PHP. Sejak 2014 Framework NodeJS merajai kepopuleran bahasa pemrograman dengan angka 49,6% jauh melebihi PHP. Apa keuntungannya? Semakin populer suatu framework maka semakin dokumentasi akan semakin banyak. Hal ini akan mempermudah kita ketika mengalami kendala pengembangan proyek.

Sumber : stackoverflow.com

Sebaliknya, tingkat pengguna bahasa pemrograman PHP semakin berkurang dari waktu ke waktu. Tingkat penurunan yang terjadipun cukup signifikan yakni mencapai 7% .  Di sisi lain , pengguna NodeJS meningkat tajam 18% selama 4 tahun. Dengan ini, terbukti bahwa developer-developer website mulai beralih ke NodeJS

Sumber : stackoverflow.com

Selama proses development, PHP memerlukan web server. Meskipun server ini merupakan bawaan, namun hal ini akan memakan banyak resource server. Penggunaan server tambahan  seperti nginx tetap diperlukan untuk meningkatkan performa kecepatan PHP. Sebaliknya, NodeJS merupakan tipe single-fighter yang mampu berdiri sendiri tanpa memerlukan web server lain. NodeJS memiliki waktu eksekusi yang lebih baik dari PHP terutama dalam penambahan angka. Namun PHP memiliki waktu eksekusi yang lebih baik dalam hal operasi string, pengisian array, MySQL, dan membaca file.

Sumber : blog.teknosejahtera.co.id

Perfoma NodeJS vs PHP

Untuk kasus multi-tasking, NodeJS jauh lebih handal daripada PHP. Misal kita memiliki dua task yakni mengambil data dari database, dan menghapus file. Jika kita menggunakan PHP, proses ini akan dilakukan berurutan. Hapus file akan dilakukan setelah pengambilan data selesai. Namun, jika kita menggunakan NodeJS kedua hal ini dapat dilakukan bersamaan. Hasilnya, bisa jadi file terhapus duluan sebelum pengambilan data selesai.

sumber : Sebuah Seni Menerapkan “Clean Code”

Hal ini tidak berlaku untuk multithread. NodeJS menggunakan konsep single thread, artinya hanya akan ada satu proses yang berjalan sepanjang waktu, berbeda dengan PHP yang berbasis multi-threaded. Misal terdapat empat orang mengunjungi web kita. Dalam PHP, proses ini dibuat empat thread dimana setiap pengunjung dilayani oleh 1 thread khusus. Setiap thread akan diproses dengan sistem antrian seperti sebelumnya. Sedangkan di Node.js, empat pengunjung itu akan di layani oleh 1 thread saja. Thread secara bergantian berpindah dari satu proses ke proses lain tanpa harus menunggu proses yang satu selesai.

Sumber : quora.com

Sanggupkah NodeJS Menggantikan PHP?

Sampai saat ini, kita belum bisa menyimpulkan bahwa NodeJS akan menggantikan PHP. Penggunaan NodeJS dan PHP sangat bergantung pada jenis aplikasi yang akan kita kembangkan. Pada akhirnya yang terjadi antara NodeJS dan PHP bukanlah kompetisi melainkan sinergi. Sebagai contoh, untuk project yang bersifat real-time, NodeJS lebih cocok untuk dipakai. Sebaliknya,  tidak semua hosting mendukung NodeJs, saat itulah kita harus memilih menggunakan PHP.

Selamat bereksplorasi ! #HappyEnjoyneering!

Sebuah Seni Menerapkan “Clean Code”

Clean Code

Ketika kamu memilih menjadi seorang programmer, saat itu pula berarti kamu siap mendedikasikan jiwa dan raga untuk menulis kode program selama sisa hidupmu. Kode program akan menjadi bagian terbesar yang mendominasi pikiranmu. Pagi, siang, maupun malam kamu akan menghabiskan waktumu bersama kode program. Biasanya, programmer harus melanjutkan kode program dari programmer lain. Sebuah keberuntungan, ketika kita menemukan kode yang jelas dan terstruktur. Sebaliknya, ketika program yang kita temui “kurang bersahabat”, tentu kita akan kesulitan dalam melanjutkan project tersebut. Menyusahkan bukan? Itulah sedikit alasan mengapa kita harus mengetahui sebuah seni menerapkan “Clean Code”.

Bad Code VS Clean Code

Setiap programmer memiliki ciri khas programnya masing-masing. Ada programmer yang suka menulis kode program dengan jelas. Namun, ada juga tipe programmer yang “penting jalan” tanpa memperhatikan bentuk penulisan kodenya. Kode program seperti inilah yang disebut dengan istilah bad code. Bad code ini akan menjadi nightmare bagi programmer yang akan melanjutkan kode program sebelumnya.

Bad code akan sering ditemui atau bahkan diproduksi sendiri, apalagi ketika sudah mendekati deadline. Tipe menulis asal-asalan ini akan menjerumuskan kita pada  bugs yang meningkat. Tak jarang juga kita akan bingung sendiri melihat kode program buatan sendiri. Akhirnya banyak waktu yang akan terbuang untuk fixing bugs ini dan waktu akan makin molor.

Kebalikan bad code disebut clean code. Sebagai seorang programmer baik junior ataupun experienced, cobalah untuk menjadi good programmer. Programmer harus bertanggungjawab atas kode yang ditulisnya. Clean code inilah bentuk pertanggungjawaban ini. Selain kode yang lebih jelas dan terarah, clean code juga mampu mengurangi produksi bugs dan mempercepat software development. Jadi, lebih pilih mana?

Perbandingan Clean Code VS Bad Code (Sumber : Geeks For Geeks)

Clean code akan sangat berguna untuk membut kode kita lebih readable. Potongan kode akan menjadi jelas dan lebih terbaca. Terlebih ketika mengerjakan project secara tim, clean code ini hukumnya menjadi “wajib ‘ain fardhu kifayah”. Percayalah, bad code akan membuat silaturahmi dengan programmer lain menjadi renggang!

Seni Menulis Clean Code

Ada 7 aturan paling umum untuk menulis clean code yang harus kita ketahui

1. Aturan Penamaan

Kesalahan ini adalah kesalahan paling umum terjadi. Biasakan menulis nama variable, fungsi, maupun method secara jelas dan deskriptif. Penamaan ini harus memiliki arti yang sesuai dengan tujuan pembuatan.

2. Aturan komentar

Seringkali kita mengabaikan pemberian komentar pada header program maupun awal fungsi/method. Padahal komentar ini adalah satu-satunya kompas saat kita harus melanjutkan project lama loh. Tuliskan komentar dengan jelas

3. Single Responsibility Principle (SRP)

Setiap fungsi, method, ataupun variable harus secara spesifik bertanggungjawab atas satu pekerjaan. Hindari penggunaan nested structure atau maksimal memiliki dua level indent. Jika suatu fungsi dapat melakukan lebih dari satu pekerjaan, fixing bugs akan lebih sulit karena kita akan berhadapan dengan banyak step. Selain itu, usahakan satu fungsi maksimal hanya 3 parameter saja.

4. Readability

Buat kode program menyenangkan untuk dibaca, bahkan untuk beginner programmer. Indentation, whitespace, dan line breaks adalah hal-hal yang harus diperhatikan agar kode program kita selalu terlihat rapi.

5. If

Tuliskan percabangan pada if dengan jelas. Perhatikan contoh berikut

Pada kolom bad code program (kanan) akan mengecek terus menerus walaupun kondisi sudah terpenuhi, sedangkan untuk clean code program (kiri) akan berhenti mengecek jika kondisi sudah dipenuhi.

6. Well-Organized Project

Aturan keenam ini juga merupakan aturan yang tidak boleh terlewatkan. Selama proses pengembangan, kita seringkali menambahkan file ataupun folder ke project yang kita buat. Penataan file yang berantakan seringkali membuat programmer lain kebingungan dengan project kita. Well-Organized Project akan membuat semuanya menjadi jelas dan updating lebih mudah.

7. Hapus kode yang Tidak diperlukan

Selama trial project, tentu kita menambahkan banyak kode untuk mencapai keberhasilan. Mungkin kita akan merasa “sayang” untuk menghapus sisa-sisa perang ini. Biasanya kita hanya akan meng-comment potongan kode ini. Jika hanya sekali dua kali masih tidak begitu terasa, namun bagaimana jika ternyata kita tidak sadar melakukan hal ini pada 300 kelas? Mengerikan bukan? Oleh karena itu, biasakan menghapus kode-kode tidak berguan ini ya. Tapi jangan sampai menghapus potongan kode ini membuat error ya..

Nah, itu dia Sebuah Seni Menerapkan “Clean Code”. Semoga setelah membaca ini kalian hijrah ke jalan yang benar yaa !

Mungkin Anda Juga Suka : Kuliah IT Tapi Gasuka Coding ? Ini Dia Pekerjaan Buat Kamu !

Baca Juga : Clean Code