Jika Grab dan Gojek Bersatu, Apa Yang Akan Terjadi?

Belakangan ini kabar Grab dan Gojek akan melakukan merger kembali mencuat. Sebenarnya kabar ini sudah berhembus sejak Februari lalu. Seperti kita tahu, pandemi Covid-19 yang terjadi telah membuat kedua raksasa ride hailing itu melakukan perampingan terhadap beberapa karyawan perusahaan itu. Kabar ini pertama kali mencuat dalam surat kabar Financial Tech. Namun, baik gojek maupun grab enggan berkomentar mengenai hal ini. Nah, kira-kira jika Grab dan Gojek Bersatu, apa yang akan terjadi?
Nah, Gojek sendiri merupakan suatu aplikasi besutan PT Aplikasi Anak Bangsa yang pertama kali muncul pada 2010. Pada awal kemunculannya, Gojek merupakan suatu aplikasi yang melayani jasa ojek. Seiring perkembangannya, gojek telah bertransformasi menjadi super apps. Aplikasi ini banyak menyediakan fitur lain sebagai pelengkap fitur ojek online-nya.
Sementara itu, Grab atau GrabTaxi adalah suatu aplikasi ride-hailing lainnya yang bermarkas di Singapura. Sama halnya dengan Gojek, Grab juga telah memiliki layanan lain seperti pengantaran makanan dan pembayaran melalui aplikasi mobile. Berbeda dengan Gojek, Grab ini muncul pada Juni 2012.
Grab dan Gojek Bantu Ciptakan Persaingan Sehat
Grab dan Gojek memiliki keunggulan yang tidak dimiliki satu dengan yang lain. Gojek lebih unggul dalam pengembangan fitur tambahan selain fitur transportasi. Gojek telah bertransformasi menjadi super apps. Hal ini sesuai dengan tagline yang mereka usung yakni #PastiAdaJalan. Sementara itu, grab memiliki keunggulan dari segi jumlah pengemudi. Jaringannya yang luas membuat masyarakat mudah menikmati layanan transportasinya.
Persaingan antar keduanya disinyalir akan terus terjadi karena keduanya telah menjadi decacorn. Persaingan ini tentu tidak gratis. Mereka bahkn melakukan “bakar duit” untuk merebut pasar. Promo-promo bertebaran dalam aplikasi ini.
Kalau Beneran Bergabung Maka…
Penggabungan ini secara langsung akan berdampak pada pergerakan kedua perusahaan menuju profitabilitas. Hal ini berpotensi menyelamatkan bisnis mereka agar tetap mendulang keuntungan. Menurut Bhima Yudhistira, seorang ekonom dari Institute for Development of Economic and Finance(Indef), apabila kabar ini benar adanya, maka secara likuiditas akan menarik investor. Seperti yang kita tahu, keduanya adalah dua decacorn yang memiliki dana lebih dari US$ 10 miliar. Nah, melalui merger nilai valuiditas mereka akan meningkat secara signifikan.
Usut punya usut, salah satu orang penting pemegang saham terbesar Grab yakni Masayosi Son secara keras menentang merger antara keduanya. Masayosi Son percaya bahkan bisnis ride hailing akan menjadi bisnis monopoli. Bisnis ini akan paling banyak menguasai pasar. Keberadaan kompetitor akan membuat persaingan lebih sehat.
Namun, merger bukanlah hal yang mudah. Bahkan beberapa negara melarang adanya merger karena akan memutus persaingan yang terjadi. Selain itu, dalam kondisi ekonomi yang sulit seperti sekarang ini merger akan membuat banyak pemangkasan karyawan. Hal ini tentu akan memperkeruh keadaan.
Nah, kira-kira jika grab dan gojek ternyata bersatu, apa yang akan terjadi dengan promo-promo kesayangan kita ya? Tinggalkan jawaban di komentar ya!
Ԍreat article, exаctly what I was looking for.